Muasal Nama Petamburan dan Megahnya Makam Oen Giok
Petamburan menjadi salah satu kelurahan di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ini sekelumit muasal nama Petamburan.
Editor: Yogi Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG - Petamburan menjadi salah satu kelurahan di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Kelurahan Petamburan berbatasan dengan Kotamadya Jakarta Barat di sebelah utara dan di sebelah barat, Kebon Melati di sebelah timur dan Bendungan Hilir di sebelah selatan.
Kelurahan ini dilalui Kanal Banjir Barat, serta rel kereta api relasi Serpong - Jakarta, di antara Stasiun Palmerah dan Stasiun Tanah Abang.
Sejarah
Nama Petamburan berasal dari kata tambur. Tambur merupakan alat musik pukul berbentuk bundar atau genderang.
Dosen Sastra Belanda Universitas Indonesia (UI), Lilie Suratminto, menjelaskan kegunaan tambur kala itu sebagai alat musik untuk mengiringi orang Eropa yang meninggal pada masa Hindia Belanda.
Pemain musik yang memainkan tambur berasal dari orang-orang Betawi masa itu.
Setiap mengiringi orang meninggal, para pemain biasanya memainkan alat musik terompet dan tambur.
Bagi pelayat yang hadir pun tak bisa sembarang.
Mereka yang meninggal dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Petamburan adalah orang-orang Eropa. Pelayat juga ada kelasnya.
Kemungkinan lain, nama Petamburan berasal dari keberadaan tempat pembuatan tambur untuk militer.
"Orang militer saat itu juga perlu tambur," tambahnya.
Makam Oen Giok (OG (Khouw)
Di TPU Petamburan ada bangunan hitam tinggi menjulang terlihat megah di antara batu-batu nisan lainnya.
Dari kejauhan, bangunan itu bak gazebo raksasa dengan pilar-pilar jangkung berbahan batu granit di sekelilingnya.
Ketika mendekat ke bagian dalam, dua makam terbujur berdampingan di dalamnya, bukan gazebo. Terdapat patung malaikat di tengahnya.
Itulah makam Oen Giok (OG) Khouw beserta istri. Seorang konglomerat di masa Hindia Belanda.
Mereka bersemayam di bangunan megah yang bernama mausoleum.
Pemakaman mausoleum itu terbilang mewah.
Saat memasuki area mausoleum, dua patung seakan berdiri menyapa para peziarah yang datang.
Dua patung itu terdiri dari satu anak kecil dan anak muda. Ini menggambarkan siklus manusia yang lahir dari bayi kemudian tumbuh dewasa.
Di area luar mausoleum, ada makam-makam lain yang ini milik sanak saudara OG Khouw.
Pada sebagian besar batu nisan yang ada di area itu, lanjut Lilie, berpahat tulisan China. Tapi ada juga yang memakai bahasa Indonesia.
Di dalam mausoleum, ada dua makam tempat peristirahatan suami istri, OG Khouw dan Lim Sha Nio. Pilar-pilar jangkung mengelilingi mausoleum tersebut
Ada makna dari keberadaan pilar-pilar berbahan granit itu. Pilar-pilar tersebut menghubungkan Tuhan dan manusia, bumi dan langit, surga dan dunia.
Di antara kedua makam yang berdampingan, terdapat patung malaikat sebagai pelindung.
Ruang Bawah Tanah

Bangunan mausoleum ini memiliki ruang bawah tanah.
Untuk menuju ke ruang itu, tersedia dua buah tangga batu di sisi kanan dan kiri mausoleum.
Sebelum memasuki ruang bawah tanah, terdapat pintu masuk dengan pilar di kedua sisinya bergaya Ionia.
Kalimat Rust in Vrede yang berarti istirahat dalam kedamaian terpasang di atas pintu masuk.
Begitu masuk ke dalam, terdapat dua karangan bunga duka cita yang melingkar berbahan batu marmer di atas dinding.
Di bagian dalam ruangan ini merupakan tempat jasad disemayamkan. Di bagian belakang terdapat altar untuk melangsungkan doa.
Sementara di atas altar terpasang dua wajah timbul berbahan marmer dari mendiang OG Khouw dan Lim Sha Nio.
Peta
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!